Tampilkan postingan dengan label Eksis. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Eksis. Tampilkan semua postingan
Agar Bisnis Keluarga Tetap Eksis

Agar Bisnis Keluarga Tetap Eksis

Anak akan merekam kegiatan bisnis orangtuanya, jika dilibatkan sejak kecil.

KOMPAS.com - Bisnis keluarga mampu bertahan berkesinambungan puluhan tahun jika dikelola secara profesional, dengan tetap mewariskan budaya keluarga. Pewaris tahta bisnis keluarga, perlu dipersiapkan jauh hari, untuk mengenali seluk-beluk bisnis agar nantinya mampu melanjutkan kesuksesan yang telah dirintis pendirinya. Menyiapkan regenerasi secara matang menjadi kunci kesuksesan sejumlah bisnis keluarga. Lantas seperti apa caranya?

Membangun mentalitas yang tak instan
Umumnya, bisnis keluarga akan dilanjutkan oleh generasi kedua dan seterusnya. Anak, cucu, keponakan, adalah orang-orang terpilih yang akan mengemban tugas berikutnya, mewarisi kesuksesan pendiri perusahaannya. Agar bisa sukses melebihi upaya yang dirintis generasi pertama, si pewaris tahta harus dilibatkan dalam bisnis sejak dini. Bahkan, calon pengganti pendiri perusahaan harus mau dan mampu terjun langsung dari level bawah. Tak lantas menggantikan posisi teratas dalam perusahaan secara instan.

Melibatkan anak dalam kegiatan bisnis orangtuanya sejak dini melatih mentalitas kewirausahaan. Anak akan merekam perilaku orangtuanya saat menjalani usaha. Pengalaman inilah yang akan melekat dalam dirinya.

"Orang Indonesia cenderung meminta anak fokus ke sekolah saja setinggi-tingginya, sementara orangtua menjalani berbisnis. Saat anak harus menggantikan bisnis orangtuanya, yang terjadi adalah usaha tak berhasil karena anak tidak tahu cara berjualan atau menghadapi konsumen," jelas pengamat ekonomi Aviliani, dalam seminar wirausaha beberapa waktu lalu.

Aviliani menegaskan, dengan bangunan mentalitas wirausaha yang kuat, pebisnis mampu bertahan dalam berbagai kondisi. Dengan mental yang kuat, pebisnis takkan begitu saja menutup usahanya saat sedikit merugi atau mengalami masa krisis.

Mentalitas seperti inilah yang penting dimiliki pewaris bisnis keluarga jika ingin perusahaan keluarga semakin mampu melebarkan sayapnya.

Mau dan mampu
Putri Kuswisnu Wardani, penerus bisnis keluarga PT Mustika Ratu Tbk generasi kedua, mengalami proses pembentukan mentalitas ini. Diakuinya, penggemblengan yang dilakukan orangtuanya terhadap semua anaknya menjadi bagian dari persiapan diri untuk menjadi pemimpin perusahaan di kemudian hari. Butuh waktu 25 tahun bagi Putri untuk menggembleng dirinya untuk memahami seluk-beluk bisnis keluarga. Saat tampuk kepemimpinan akhirnya dialihkan kepadanya, Putri sudah terbentuk menjadi pengusaha yang mau dan mampu melanjutkan kesuksesan orangtuanya.

"Syaratnya harus mau dan mampu terjun langsung dan melanjutkan bisnis keluarga. Agar semua dijalankan sepenuh hati," katanya saat ditemui Kompas Female usai penyerahan pucuk kepemimpinan Mustika Ratu beberapa waktu lalu.

Kemampuan bisa didapati pewaris tahta bisnis keluarga dari pendidikan formal, maupun pengalaman langsung terjun di lapangan. Pengalaman terlibat dalam bisnis keluarga dari posisi bawahan semakin menguatkan mentalitas calon pewaris tahta. Melalui pengalaman inilah, generasi kedua atau berikutnya bisa menilai apakah dirinya mampu melanjutkan bisnis warisan keluarga. Begitu juga dengan kemauan. Ketertarikan dan panggilan hati untuk melanjutkan bisnis keluarga diperlukan agar mampu menjalani perusahaan dengan maksimal. Generasi penerus bisnis keluarga hanya bisa tahu apakah ia mau dan mampu dengan mau mencoba dan melibatkan diri dalam berbisnis.

Menjaga keutuhan keluarga
Konflik kepentingan berpotensi muncul dalam perusahaan keluarga. Untuk menghindari ini, pimpinan perusahaan yang juga umumnya adalah pemimpin dalam keluarga atau orangtua perlu membangun komunikasi dua arah. Keutuhan keluarga menjadi kunci sukses yang tak kalah penting dalam eksistensi bisnis keluarga.

"Kerukunan keluarga perlu dijaga. Seperti orangtua saya yang mengatakan jika bisnis keluarga sukses itu karena adik-adik saya yang baik hati. Namun jika bisnis keluarga gagal itu disebabkan karena saya yang gagal menjaga kerukunan keluarga," jelas Irwan Hidayat, direktur utama PT Sido Muncul dalam acara prosesi Suksesi Kepemimpinan Puncak (CEO) Perusahaan Keluarga Mustika Ratu Tbk, Rabu (12/1/2011) lalu di Jakarta.

Pengalaman Irwan menunjukkan, keutuhan keluarga dalam wujud kerukunan punya pengaruh besar terhadap keberlangsungan bisnis keluarga. Keutuhan keluarga bisa diwujudkan dengan sikap saling menghargai dan memberikan dukungan. Untuk mewujudkannya setiap anggota keluarga diberikan pilihan dan kesempatan yang sama untuk berkontribusi. Termasuk juga untuk menyampaikan pendapatnya dalam merespons berbagai permasalahan dalam bisnis keluarga.

"Saya, kakak, dan adik saya diberikan pilihan dan kesempatan untuk terlibat dalam bisnis keluarga. Namun memang masing-masing orang memiliki pilihan dan minat yang berbeda ," jelas Putri, menggambarkan terbukanya komunikasi dan pilihan dalam keluarga besar Mooryati Soedibyo. "Kakak saya pernah terlibat dalam bisnis keluarga, sebentar saja hanya enam bulan, hingga akhirnya memutuskan untuk kembali kepada profesinya. Adik-adik saya juga pernah terlibat dalam bisnis keluarga. Ada yang bertahan lima tahun lalu memutuskan menjadi ibu rumah tangga. Ada juga yang memilih untuk fokus mengelola salah satu spa kami di Kanada. Setiap orang punya pilihan dan memang diberikan pilihan."


WAF

Editor: Dini


View the original article here