Tampilkan postingan dengan label Harga. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Harga. Tampilkan semua postingan
Bank Dunia: 2011, Harga Minyak US$85

Bank Dunia: 2011, Harga Minyak US$85

Kenaikan harga minyak didorong pulihnya perekonomian dunia dan dolar AS yang melemah. Ilustrasi Kilang Minyak (orrtextile.com)

VIVAnews - Bank Dunia memprediksi gejolak harga minyak dunia pada akhir 2010 hanya bersifat sementara dan tidak akan terus berlanjut sepanjang 2011. Namun, Bank Dunia tetap mewaspadai pergerakan harga minyak dunia yang masih fluktuatif.
"Sepertinya tidak ada kenaikan harga lebih lanjut. Cadangan minyak OPEC masih banyak yang belum terpakai, jadi sepertinya kenaikan harga minyak sudah tidak berlanjut," kata Direktur Prospek Pembangunan Bank Dunia, Hans Timmer dalam video conference di Jakarta, Kamis 13 Januari 2011.

Bank Dunia memprediksi harga minyak sepanjang 2011 berada pada kisaran US$85 per barel. Harga minyak akan berfluktuasi di kisaran harga itu karena tergantung kepada kebutuhan energi dunia untuk produksi dan distribusi.

Menurut Bank Dunia, kenaikan harga minyak didorong oleh pulihnya perekonomian dunia dan nilai tukar dolar AS yang terdepresiasi. "Kalau melihat prospek 2011, perkiraan harga minyak sekitar US$85 per barel," kata ekonom Bank Dunia untuk Indonesia, Ashley Taylor.

Berdasarkan data di New York Mercantile Exchange, harga minyak (light crude) saat ini berada di kisaran US$91,86 per barel.

Menkeu Senyum

Menanggapi perkiraan Bank Dunia itu, pemerintah tidak lantas mengubah asumsi harga minyak mentah dunia dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pemerintah mengasumsikan harga minyak mentah dunia sepanjang 2011 rata-rata mencapai US$80 per barel.

"Saya senyum mendengar Bank Dunia mengatakan (harga minyak) US$85 per barel," kata Menteri Keuangan Agus Martowardojo di kantornya, Jalan Wahidin, Jakarta.

Menurut Agus, harga minyak mentah dunia memang akan mengalami kenaikan. Namun, kenaikan tersebut tidak akan terlalu tinggi. "Saya sambut baik prediksi Bank Dunia," tuturnya.

Kendati banyak pihak memperkirakan kenaikan harga minyak mentah dunia cukup tinggi selama 2011, pemerintah menyatakan sampai saat ini belum ada rencana mengubah asumsi yang sudah disusun sejak akhir 2010.

Agus menyatakan perubahan asumsi hanya bisa dilakukan setelah dilakukan evaluasi oleh pemerintah yang melibatkan berbagai pihak. Selama ini, evaluasi asumsi senantiasa dilakukan pemerintah setiap tiga bulan sekali dan yang terdekat akan diselenggarakan pada akhir Maret mendatang.

Menkeu juga mengatakan pemerintah saat ini sedang melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan produksi minyak siap jual (lifting).

"Kami mengevaluasi 2010, lifting tidak mencapai target APBN. Dari penjelasan dapat dipahami bahwa ada pipa yang tertabrak kapal dan pipa gas bocor. Kami berusaha agar target lifting 2011 bisa tercapai," katanya.

Sejumlah isu dibahas pemerintah untuk meningkatkan lifting tahun ini. Aspek pembahasan di antaranya koordinasi antarkementerian, undang-undang pelayaran terkait asas cabotage, serta pertambangan di kawasan hutan. (hs)

• VIVAnews Belum ada komentar untuk ditampilkan pada artikel ini.

View the original article here