Tampilkan postingan dengan label Kabinet. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kabinet. Tampilkan semua postingan
Ditinggal 11 Menteri, Kabinet Lebanon Lumpuh

Ditinggal 11 Menteri, Kabinet Lebanon Lumpuh

Menlu AS, Hillary Clinton, mengisi buku duka mantan PM Lebanon, Rafik Hariri (AP Photo/Ahmad Omar)

VIVAnews - Pemerintahan Lebanon tengah goyah. Pasalnya, sebelas menteri dari partai oposisi Hizbullah mundur serentak dari kabinet Perdana Menteri Saad Hariri, Rabu, 12 Januari 2011. Akibatnya, sepertiga kursi di kabinet Lebanon kini kosong. Hariri sendiri sedang berkunjung ke Amerika Serikat (AS).

Menurut kabar harian The Guardian, pengunduran massal itu terjadi setelah Hariri menolak membahas sikap pemerintah selanjutnya mengenai temuan tim penyelidik pengadilan PBB di Belanda atas pembunuhan ayahnya, Rafiq Hariri.

Mantan Perdana Menteri Rafiq Hariri dan 22 orang lainnya terbunuh pada Februari 2005 setelah sebuah bom mobil meledak di tengah-tengah iring-iringannya di kota Beirut. Menurut temuan tim penyelidik pengadilan PBB pada Desember tahun lalu, beberapa tersangka adalah orang-orang dari partai Hizbullah. Pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, dengan keras membantah hal tersebut.

Nasrallah mengatakan tuduhan tersebut adalah cara untuk mendiskreditkan dirinya dan Hizbullah. Dia juga mengatakan bahwa tuduhan itu akan menyulut kembali konflik sektarian antara Hizbullah yang syiah dan para penganut sunni.

Mundurnya para anggota partai Hizbullah ini bertepatan dengan pertemuan antara Hariri dengan Presiden Amerika Serikat Barack Obama di Washington. Perpecahan ini juga akan merusak rencana Arab Saudi dan Suriah untuk mendamaikan blok Hariri dengan blok oposisi Hizbullah.

Koalisi pemerintahan baru Lebanon, yang baru berjalan selama 18 bulan, terlihat rapuh, mengingat hubungan antar partai yang tidak akur. Blok koalisi Saad Hariri dituding terlalu pro-Barat dan tunduk terhadap perintah Barat, sementara itu blok Hizbullah dikatakan mendapat dukungan dari Suriah dan Iran. Selama beberapa bulan terakhir, hubungan permusuhan ini membuat kabinet Lebanon hampir lumpuh.

“Hariri harus memilih antara Beirut atau Washington,” ujar Jebran Bassil, menteri energi Lebanon dari partai Hizbullah yang mengundurkan diri bersama sepuluh menteri lainnya.

Dengan mundurnya sebelas menteri, termasuk di dalamnya menteri negara dari partai syiah Adnan Sayyed Hussein, menjadikan sepertiga kursi kabinet kosong. Menurut konstitusi Lebanon, hal ini menjadikan pemerintahan Lebanon dinyatakan runtuh. Saad Hariri saat ini berubah posisi menjadi Perdana Menteri sementara, sampai pemerintahan baru terbentuk.

Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clinton mengecam langkah Hizbullah tersebut dengan mengatakan bahwa mereka berusaha untuk menghadang keadilan. Hal ini, ujar Clinton, tidak akan berhasil. AS khawatir oposisi akan membuat kabinet baru tandingan dan menggunakannya untuk menolak hasil temuan pengadilan.

“Tidak ada negara yang dapat dipaksa untuk memilih antara keadilan dan stabilitas. Rakyat Lebanon patut mendapatkan keduanya,” ujar Clinton yang di temui di Qatar.

• VIVAnews Belum ada komentar untuk ditampilkan pada artikel ini.

View the original article here