Tampilkan postingan dengan label Politik. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Politik. Tampilkan semua postingan
Antara Seks, Politik, dan Kekuasaan

Antara Seks, Politik, dan Kekuasaan

KOMPAS/LASTI KURNIAGedung MPR DPR, Jakarta, Rabu (1/9/2010).

JAKARTA, KOMPAS.com -- Mana yang lebih memalukan dan berakibat fatal di politik? Korupsi atau ketika tingkah tidak senonoh politisi tersebar ke masyarakat? Di Indonesia, mungkin jawabannya adalah ketika adegan seks atau tidak senonohnya tersebar.

Wa Ode Nurhayati masih menjadi anggota DPR dari Fraksi Partai Amanat Nasional meski ditahan Komisi Pemberantasan Korupsi karena kasus dugaan korupsi dana Percepatan Pembangunan Infrastruktur Daerah. Partai Demokrat juga masih mempertahankan Angelina Sondakh di DPR meski Putri Indonesia 2001 itu ditetapkan sebagai tersangka.

Namun, Arifinto, politisi dari Partai Keadilan Sejahtera, segera mundur dari DPR ”hanya” karena kepergok membuka situs porno saat Rapat Paripurna DPR, April 2011. Yahya Zaini, politisi dari Fraksi Partai Golkar, juga mundur dari DPR karena video tidak senonoh antara dia dan seorang penyanyi tersebar di masyarakat. Max Moein, dari PDI-P, pada 2008 juga diberhentikan sebagai anggota DPR karena diduga melakukan pelecehan seksual terhadap anggota stafnya.

Kini, skandal serupa muncul lagi lewat beredarnya gambar dan video adegan tidak senonoh yang diduga melibatkan anggota DPR berinisial KMN. Kasus ini memang masih berjalan. Namun, jika melihat kasus-kasus sejenis sebelumnya, penyelesaiannya dapat diperkirakan.

Namun, skandal seks dalam politik tidak hanya terjadi di Indonesia. Presiden Amerika Serikat Bill Clinton pada 1998 pernah direpotkan oleh skandal akibat hubungannya dengan staf Gedung Putih, Monica Lewinski. Sementara itu, meski menyangkal, (mantan) Perdana Menteri Italia Silvio Berlusconi juga pernah dituding melakukan hubungan seks dengan perempuan di bawah umur.

Akhirnya, seks memang menjadi (salah satu) senjata paling ampuh untuk menghancurkan seseorang di politik. Namun, seks juga dapat menjadi senjata efektif untuk mendapatkan kekuatan dan kekuasaan politik.

Cleopatra yang lahir tahun 69-an sebelum Masehi dikenang sebagai sosok yang menggunakan seks dan kecantikannya untuk memenangi pertarungan politik. Agar tidak terbuang dari lingkaran elite Istana Mesir, dia menikah dengan Ptolemeus XIII, saudaranya. Untuk mengatasi kudeta yang dirancang pendukung saudaranya, dia bersekutu dan menikah dengan Kaisar Romawi Julius Caesar, lalu Mark Antony

Mengutip Michel Foucault, filsuf Perancis, kekuasaan dan seksualitas memang saling mengintervensi. Seksualitas menjadi wacana publik. Bagaimana seksualitas diwacanakan adalah ungkapan dari kekuasaan. Ini terlihat, misalnya, ketika kekuasaan berusaha mempelajari dan mengintervensi pembicaraan tentang seks demi pengaturan pertumbuhan penduduk.

Hendrawan Supratikno, anggota DPR dari Fraksi PDI-P, menuturkan, tanpa memiliki ”rem” yang kuat, anggota DPR akan mudah terjebak dan hancur oleh masalah seks. ”Kekuasaan membuat anggota DPR dapat menikmati segala sesuatu secara berlebihan. Namun, jika ’pedal gas’ terus diinjak untuk menikmatinya tanpa kontrol, kehancuran akan datang sewaktu-waktu, tanpa diduga, dan mungkin terlihat konyol. Misalnya lewat skandal seks,” katanya. (M Hernowo)


View the original article here

Jenazah Lenin Jadi Bahan Perdebatan Politik

Jenazah Lenin Jadi Bahan Perdebatan Politik

Kita harus membersihkan semua simbol Uni Soviet
Moskow (ANTARA News) - Hampir satu abad sejak kematiannya, pemimpin komunis Vladimir Lenin masih terbujur kaku dalam moselum di Lapangan Merah. Tubuhnya yang dibalsem sebenarnya perumpaan dari usaha modernisasi terakhir Rusia.

Ide kontroversial menguburkan jenazah Lenin sudah sejak lama menjadi isu politik utama di Rusia sejak kejatuhan Uni Soviet pada 1991, saat jutaan orang bergembira karena telah berpisah dari sistem yang menyusahkan hidup mereka itu.

Tetapi sejauh ini tak ada seorangan pun yang berani mengambil langkah yang demikian dramatis dalam memutus pertalian dengan pemimpin yang memperkenalkan Rusia pada komunisme dan horor di di kamp maut Gulag.

Tatkala Rusia berusaha menampilkan citra baru nan modern di bawah presiden Dmitry Medvedev yang tak lepas dari iPad-nya, puluhan ribu orang masih datang setiap tahun untuk melihat pendiri faham komunis itu, yang tubuhnya terbaring dalam sarkofagus.

Ketidakcocokan tampaknya menganggu Partai Rusia Bersatu yang tengah berkuasa menjelang pemilu legislatif Desember di mana beberapa pejabat terkemuka partai itu menyerukan dikuburkannya Lenin di samping ibunya di Saint Petersburg.

"Saya tidak melihat satu hal pun berdiri di jalur pemakamannya," kata Vladimir Medinsky, anggota parlemen Rusia kepada AFP, membantah bahwa pemakaman di Saint Petersburg adalah keinginan keluarga Lenin.

Partai Rusia Bersatu bahkan sudah membuat situs khusus, www.goodbyelenin.ru. yang diambil dari judul film komedi tragedi Jerman tahun 2003 mengenai runtuhnya Tembok Berlin.  Dua pertiga responden dalam survei mengenai situs itu mengatakan mereka tak ingin lagi melihat Lenin di moselium.

Meskipun tidak resmi, jajak pendapat itu diperkuat oleh penelitian lainnya dari lembaga Levala Centre yang dihormati. Penelitian itu menunjukkan 56 persen memilih melihat jenazah Lenin dipindahkan dari ruang publik.

Tetapi, meskipun itu bagus untuk politik pra-pemilu, seperti disebut seorang pejabat Kremlin bulan lalu,  setidaknya untuk saat ini, Lenin dibiarkan di tempatnya semula.

"Sejauh yang saya tahu, tidak ada keputusan yang diambil dalam soal itu," kata manajer properti Kremlin Viktor Khrekov.

Para analis mengatakan para pejabat melihat prospek dikuburkannya Lenin itu besar sekali mengingat itu adalah jualan menarik untuk pemilih muda yang tidak memiliki kenangan masa Soviet.

"Itu adalah debat berketerusan demi menyatukan pemilih non-komunis," kata Andrei Ryabov dari Carniege Moscow Centre seperti dikutip AFP.

Lenin atau tanpa Lenin, kubu sayap kiri Rusia sudah kehilangan anggota bertahun-tahun, mereka tidak mampu menarik pemilih lebih muda yang tak mempedulikan baik kandidat Kremlin maupun politik sama sekali.

Partai Komunis Rusia hanya mendapat 11, 57 persen suara pada pemilu legislatif 2007, sementara kandidatnya, Gennady Zyuganov, hanya memenangkan 17,72 persen suara saat mencalonkan diri sebagai presiden tahun berikutnya.

Tetapi kekuatan Rusia yang lebih liberal memperdebatkan isu ini lebih jauh lagi, dengan mendesak dipindahkannya tubuh mati diktator Soviet Joseph Stalin, dari tempat kehormatannya di Tembok Kremlin.

"Kita harus membersihkan semua simbol Uni Soviet," kata mantan pembangkang Soviet, Lyudmila Alexeyeva (82).

Tetapi, ada sedikit keraguan bahwa moseleum itu sudah kehilangan daya tarik.

Mantan presiden Rusia Boris Yeltsin memindahkan penjaga makam kehormatan itu pada 1993, dan tempat suci komunis itu pun tidak lagi menjadi tempat wajib dikunjungi anak-anak sekolah dan taman kanak-kanak.

Negara juga tidak lagi menanggung biaya perawatan jenazah Lenin.

Laboratorium yang bertanggungjawab atas proses itu --sebuah pusat afiliasi era Soviet bernama Institut Riset Semua Riset Rusia untuk Obat-obatan dan Tanaman-- hanya menerima dana dari para simpatisan komunis.

Makam ini terbuka untuk pengunjung empat hari seminggu antara 10.00 pagi dan 13.00, sedangkan tiket masuknya gratis, namun ada kebijakan yang ketat terhadap pengambilan gambar dan video. (ENY)

Editor: Jafar M Sidik
COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com


View the original article here

Reformasi Mesir bagian Dari Pembelajaran Politik

Reformasi Mesir bagian Dari Pembelajaran Politik

Hati-hati berbicara demokrasi. Paling-paling yang menonjol para tokoh yang memiliki kepentingan kekuasaan. Janji mereka kepada rakyat seolah janji masuk surga.

Demokrasi ala Indonesia, barangkali demokrasi campur sari. Mulai dari gaya liberal, feodal, dan militer, ternyata semuanya ada. Lalu yang model Indonesia seperti apa. Indikator model apa saja, yang penting dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Hosni Mubarak, tidak pernah mau belajar sejarah. Seharusnya beliau melihat, bagaimana Presiden Soeharto teman satu angkatanya asal Indonesia harus diturunkan setelah berkuasa 32 tahun. Politik memang menjanjikan semuanya, tetapi kalau tidak dibatasi kekuasaannya oleh UU. Apa yang terjadi? Mereka akan terlena dan lupa..

Zaman Honi Mubarok ketika awal terpilih menjadi presiden telah banyak memberikan janji kepada rakyat Mesir. Namun realitas sejarah yang berdasarkan ruang dan waktu telah membuktikan, bahwa beliau telah lupa kalau zaman telah berubah. Borok-borok masa lalu beliau menjadi isu sensitif di kalangan terpelajar Mesir.

Hosni Mubarak, memang presiden unik dan kontrofersial. Beliau memiliki hubungan baik dengan Israel, dan politik luar negeri lebih condong ke Amerika Serikat. Apakah karena beliau terlalu lama menjabat menjadi presiden, ataukah adanya tokoh-tokoh anti Yahudi dan Amerika Serikat yang memprovokasi gelombang unjuk rasa terhadap beliau.

Biarlah terjadi reformasi di Negara Mesir. Tetapi harus diingat, rakyat jangan dijadikan korban. Para politisi baru pascakerusuhan juga berjanji untuk memberikan pelayanan yang terbaik.

Dan Negara Mesir menjadi negara mandiri. Kapan Indonesia???


View the original article here

Proyeksi Politik Partai Gerindra 2014

Proyeksi Politik Partai Gerindra 2014

TRIBUNNEWS/BIAN HARNANSA Suhardi.

Oleh Iwan Santosa dan Edna C Pattisina

Partai Gerakan Indonesia Raya membuat gebrakan dengan kampanye merangkul petani dan nelayan pada Pemilihan Umum 2009. Partai Gerindra mengembalikan dan menyadarkan kembali akar keindonesiaan yang berawal dari masyarakat pedesaan sebagai petani dan nelayan.

Ketua Umum Partai Gerinda Suhardi mengatakan, Pemilihan Umum Presiden Tahun 2014 merupakan waktu singkat, terutama untuk persiapan pemilu dan pendidikan politik.

"Kami mendirikan partai tiga tahun lalu  rasanya seperti baru kemarin. Waktu habis untuk verifikasi partai, kampanye, dan melakukan program. Sebagian besar waktu yang ada justru  habis untuk proses administrasi," kata Suhardi dalam wawancara khusus, beberapa waktu lalu.

Seharusnya yang paling penting adalah pendidikan politik, penyadaran, dan proses berpikir. Orang Indonesia harus sadar untuk memilih pemimpin tidak secara instan. Jangan karena diberi sesuatu lantas memilih seseorang yang sebetulnya tidakmampu bekerja. Pemimpin harus dicari dan membutuhkan waktu memberikan pendidikan politik bagi masyarakat.

Pendidikan politik yang benar adalah bagaimana mengajarkan rakyat untuk memberi dan berkorban. Di Partai Gerindra, misalnya, 13 juta pemegang kartu tanda anggota diminta menyumbang ke partai dan bukan justru mengharapkan sesuatu dari partai. Seandainya semua anggota memenuhi komitmen memberikan Rp 10.000 per bulan tentu terkumpul Rp 130 miliar yang bisa digunakan untuk pelbagai hal yang menyentuh kepentingan rakyat.

Dalam setahun terkumpul Rp 1,5 triliun lebih. Dalam empat tahun terkumpul Rp 6 triliun lebih yang bisa menyaingi dana talangan Bank Century. Iuran Rp 10.000 itu lebih murah daripada membeli dua bungkus rokok per hari.

Ia menyoroti sikap meminta dan mengharapkan sesuatu itu sudah merupakan perilaku korup yang kecil-kecilan. Sebagai contoh dalam pemilu anggota DPRD banyak yang keluar modal untuk memenangi kursi legislatif, lalu dia berusaha mengembalikan modal. Dalam konteks seperti itu perlunya pendidikan politik.

Berikut petikan wawancaranya:

Apakah sempat mengadakan pendidikan politik dalam tiga tahun ini? Semoga sempat. Walaupun saya belum bisa menjamin 100 persen, tetapi kami akan melakukan pendidikan bertingkat. Sekarang kami sudah sosialisasi. Seluruh kader pusat dididik dulu menjadi dosen-dosennya.

Di DPP kami punya 130 pengurus, dididik dulu mereka dengan tokoh-tokoh nasional, kalangan universitas. Para pengurus DPP mengajar DPD, demikian seterusnya hingga ke bawah. Nanti akan ada kader terapan, kader mandala, kader penggerak, dan saksi di TPS dalam pemilu mendatang.

Idealnya memang seperti itu. Tetapi, sekarang banyak partai  pragmatis? Ya, banyak orang menggunakan cara pragmatis. Kalau menjelang pemilu saja "bagi-bagi"biar uang ini hemat. Padahal, yang benar kan mendidik masyarakat terus-menerus.

Tetapi, kan, butuh waktu? Memang iya. Tetapi, kan, waktu yang kita punya lebih panjang sekarang dibanding yang kemarin (Pemilu 2009). Apalagi Gerindra sudah tidak mengenal lagi musyawarah cabang dan sebagainya. Semua langsung bergerak. Kalau kemarin (Pemilu 2009) menjadi partai paling belakang menentukan caleg, sekarang kami yang terdahulu menentukan caleg.

Untuk pencitraan, apa yang ditawarkan Gerindra di 2014? Terutama tentu delapan aksi program yang tayang sejak pemilihan legislatif kemarin. Itu kami tayangkan hampir ke semua televisi. Seluruh delapan aksi program yang jelas-jelas ada parameternya, ada ukurannya, ada targetnya. Salah satu target yang berhasil, kan, menolak Badan Hukum Pendidikan (BHP) yang ternyata kami berhasil di tingkat Mahkamah Konstitusi.

Budaya politik Indonesia, kan, masyarakat masih mengandalkan sosok tokoh terkenal. Gerindra memiliki sosok Prabowo Subianto. Apa strategi Gerindra? Kami tahu Pak Prabowo sudah dikenal dan dikagumi masyarakat. Wajah saya tidak dikenal di masyarakat sehingga leluasa untuk bertanya di masyarakat bawah. Saya, kan, sering naik ojek, sering ke pasar, atau bertemu tukang bangunan, dan kalau ditanya mereka memberikan tanggapan positif tentang sosok Prabowo. Kami tidak salah menjagokan Pak Prabowo.

Sudah jelas calon presiden? Atau, kalau koalisi bisa jadi wakil presiden? Oh, kalau Prabowo tidak. Kami tidak mungkin ditawar soal itu. Apa pun yang terjadi, kami harus mencalonkan Pak Prabowo sebagai presiden. Kami akan berjuang bahwa setiap partai boleh mengajukan calon presiden.

Kalau tidak bisa bagaimana? Kita, kan, belum tahu ini berapa persen (ambang batas parlemen). Perolehan suara kami sendiri sesungguhnya tidak terlalu buruklah. Beberapa waktu lalu sudah ada beberapa partai yang bergabung ke Gerindra. Sekarang sudah ada 3-4 partai yang ingin bergabung lagi dengan kami. Secara logika awam, perolehan suara bisa tiga kali lipat.

Ada kabar kedekatan pemikiran antara Prabowo dengan SBY, apa mungkin ada peluang berkoalisi? Kami mengajukan kritik terhadap pemerintah dan Demokrat. Tetapi, komunikasi tetap dijaga.

Kerja sama dibina terus, ya? Kami berusaha jangan sampai negeri ini tambah merosot. Jangan sampai kacau terus. Supaya perpindahan pemerintahan itu terjadi dengan sangat konstitusional sehingga negara ini selalu berangkat dari sesuatu yang lebih baik. Jangan malah rusak lagi, wah, bagaimana kita. Makanya, kami bersikap kalau ini yang menang ya dibantu dong, bantu habis sehingga negeri ini menjadi lebih baik daripada kemarin.

Makanya, kami selalu memberi masukan, begini loh sebaiknya. Mereka (Demokrat) sudah punya kewenangan untuk berbuat baik, dengan dukungan dari pemilihan sehingga masyarakat akan ikut sendiri.

Contoh kecil adalah masalah harga cabai yang naik. Daripada menanam (bunga) gelombang cinta, kan cabai lebih bermanfaat. Kita akan senang kalau semua orang kecukupan pangan. Ada 235 juta kilogram beras yang dihasilkan setiap hari.

Kalau Gerindra berkoalisi dengan Demokrat, jadi bagaimana ya? Kami yang dipanggil loh. Kami tidak ingin disebut koalisi karena sudah oposisi.

Kalau tahun 2014 bagaimana? Oh, untuk 2014, ya, selama teman-teman yang bergabung dengan kami mengikuti visi misi kami dalam membangun negara. Tetapi, kalau kontradiktif ya sulit. Tapi, rasanya kan semangat kebangsaan sudah sama.

Atau mungkin pula koalisi dengan Golkar? Ya enggak tahu karena, misalnya, kan pernah terlontar Golkar ini mengajukan Pak Ical (Aburizal Bakrie) sendiri ya.

Sebetulnya berapa sih anggota Gerindra? Dulu kami punya 13 juta pemegang KTA (kartu tanda anggota). Tetapi, nyatanya kami hanya 4,2 persen di DPR. Entah kenapa?

Kalau di provinsi tidak, kami mendapat 10 persen kursi. Berarti kan mirip juga dengan jumlah pemegang KTA. Di Jawa Tengah itu 10 persen, di Jawa Barat 9 persen, Jawa Timur 9 persen, DKI 7 persen.

Didapat dalam waktu berapa lama? Dalam satu tahun kurang. Belum punya kader, belum punya saksi. Besok (tahun 2014) kami punya enam juta saksi. Saat ini kami juga tidak mau dianggap angkuh. Kami juga ingin program kami dipakai oleh pemerintah karena targetnya kan rakyat mampu.

Tetapi, banyak resistensi dari kepentingan-kepentingan liberal?

Bicara soal kaum liberal, coba lihat Amerika Serikat. Amerika Serikat sebentar lagi kekurangan pangan. Coba lihat datanya. Produksi gandum turun 30 persen, beras juga turun 30 persen. Mau makan dari mana? Lihatlah di Indonesia, kami punya potensi gandum dan beragam produk pangan.

Tempat Tanggal Lahir: Klaten, 13 Agustus 1952

Pendidikan: Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta (1977)Master Program, College of Forestry, UPLB (1984)PhD Program, College of Forestry, UPLBJabatan: Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) (2008-2013)

Perjalanan Karier:

Pembantu Dekan I Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (2000)Dekan Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (2001)Direktur Jenderal Rehabilitas di Lahan dan Perhutanan Sosial Departemen Kehutanan (2001)Pokja Ahli Dewan Ketahanan Pangan Pusat Departemen Pertanian (2002)Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia DI Yogyakarta  (sejak 2003)Ketua Perhimpunan Bambu Indonesia DI Yogyakarta (2004)Ketua Indonesian Agroforestry Education (2006)Ketua Persaki DI Yogyakarta (2006)

Sent Using Telkomsel Mobile Internet Service powered by

View the original article here