Tampilkan postingan dengan label Tangan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tangan. Tampilkan semua postingan
Boediono: Masjid Jangan Jatuh ke Tangan Penyebar Radikalisme & Terorisme

Boediono: Masjid Jangan Jatuh ke Tangan Penyebar Radikalisme & Terorisme

Jakarta Wakil Presiden Boediono meminta masjid jangan jatuh ke tangan-tangan pihak yang menyebarkan gagasan radikalisme dan terorisme. Pengurus masjid diminta membawa Islam sebagai agama yang toleran.

"Masjid jangan jatuh ke tangan mereka yang menyebarkan gagasan yang tidak Islami seperti radikalisme, fanatisme, sektarian, permusuhan terhadap agama dan kepercayaan orang lain, dan anjuran-anjuran provokatif yang bisa berujung kepada tindak kekerasan dan terorisme," ujar Boediono dalam sambutannya pada pembukaan Muktamar VI Dewan Masjid Indonesia di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, Jumat (27/4/2012).

Boediono meminta agar pengurus masjid membawa Islam sebagai agama yang toleran, mengajarkan jalan terbaik adalah jalan tengah.

"Masjid sejatinya selain menjadi basis ideologi dan spiritual umat Islam, juga berperan sebagai wahana untuk memfasilitasi berbagai upaya pemberdayaan dan penguatan kapasitas umat di bidang pendidikan, ekonomi, sosial, budaya serta berbagai bidang lainnya," kata Boediono.

Oleh karenanya, kata Boediono, pemrakarsa masjid juga diharapkan sungguh-sungguh memperhatikan agenda dan kepengurusan masjid.

"Dewan Masjid Indonesia terus menerus menjaga persatuan dan kebersamaan dalam perbedaan di antara berbagai agama yang ada di Indonesia dan sekaligus menjauhkan umat dari sikap tidak toleran, apalagi sikap sesat yang menyesatkan di antara umat Islam sendiri," jelasnya.

(fiq/aan)


View the original article here

Ketegaran Lia Lawan Kanker Tulang Usai Tangan Diamputasi

Ketegaran Lia Lawan Kanker Tulang Usai Tangan Diamputasi

Jumat, 04/02/2011 17:21 WIB
Ketegaran Lia Lawan Kanker Tulang Usai Tangan Diamputasi 
Ari Saputra - detikNews

Jakarta - Rambutnya telah merontok. Wajah oval remaja 13 tahun itu terlihat kurus, menonjol di bagian pipi dan mata. Tetapi, semburat senyum penderita kanker tulang tersebut menyampaikan harapan besar.

"Saya ingin sehat, ingin sekolah lagi," kata Lia, remaja perempuan itu di rumah penampungan Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI), Jl Percetakan Negara IX, Jakarta Pusat, Jumat (4/2/2011).

Saat Lia dibawa ke rumah penampungan awal April 2010 lalu, kondisinya sangat kritis. Wajahnya kuyu, matanya nanar dan seluruh persendian dirongrong sakit luar biasa.?

"Tidak bisa tidur, persendian sakit. Kata dokter sudah menyebar sejak usia 11 tahun," tukas ibunda Lia, Marni.

Setelah didiagnosa, sumber kanker ganas itu berada di tangan kiri Lia. Tepatnya di persendian siku, yang telah meggerogoti Lia sejak usia 11 tahun. Anak petani miskin asal Kepulauan Riau ini langsung dirujuk ke RS Kanker Dharmais, Slipi.

"Solusinya, kata dokter harus diamputasi supaya tidak menyebar. Alhamdulillah bulan Juli lancar operasinya. Sekarang tinggal menunggu dibersihkan," imbuh Marni.

Cerita nyaris serupa dilami balita 3 tahun, Siti Nur Aisah. Perempuan mungil asal Batam itu harus merelakan mata kiri tidak bisa melihat karena digerogoti kanker. Tim dokter RSCM sudah menjadwalkan operasi mengangkat mata kiri supaya kanker tidak menjalar kemana-mana.

"Awalnya hanya bintik putih pada bola mata hitam. Lama kelamaan banyak. Sementara menunggu di sini sampai operasi. Kalau bolak-balik Jakarta-Batam, nggak ada biaya," tukas ibu Aisah, Tantri.

Menurut Ketua YKAKI Pinta Panggabean, selain tindakan medis melawan kanker, membangun psikologis pasien sangat penting.

"Pengobatan tidak melulu obat. Itu memang wajib. Tapi yang lebih penting perasaan gembira, bisa bersekolah, tetap bersama-sama. Membangun psikologis kuat kuncinya. Tidak hanya si anak, tetapi juga orang tua," kata Pinta Panggabean.

Menurut data World Health Organization (WHO) yang dikutip Pinta, tiap tahun 120 anak-anak dari 1 juta anak-anak terancam kanker. Riset belum menemukan faktor utama penyebab kanker sehingga trend dan penyembuhannya masih terus didalami.

"Tapi masih bisa sembuh. Kemungkinan sembuh hingga 80 persen. Kalau cepat-cepat diobati tidak terlanjur masuk stadium kritis," tandas Pinta, yang salah satu anaknya meninggal dunia lantaran kanker.

Di Hari Kanker Anak Internasional yang jatuh hari ini, masyarakat masih perlu diedukasi bagaimana mengenal dan melawan kanker. Pinta meminta orangtua tidak putus asa saat mengetahui anaknya terserang kanker.

"Jangan putus asa. Obatnya hati gembira dan psikologis yang kuat. Selain itu, tentu tindakan medis," pungkas Pinta memberi tips.

(Ari/nwk)

Tetap update informasi di manapun dengan http://m.detik.com dari browser ponsel anda!

Tutup

You are redirected to Facebook

loadingSending your message



Redaksi: redaksi[at]detik.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi Nuniek di nuniek[at]detik.com,
telepon 021-7941177 (ext.526).

View the original article here

Berhasil Pegang Tangan Istrinya, tapi...

Berhasil Pegang Tangan Istrinya, tapi...

Berhasil Pegang Tangan Istrinya, tapi...

BOGOR, KOMPAS.com — Pasangan suami-istri Rusdi Rozali (58) dan Nurhayati (50) tewas tersambar KRL ekonomi jurusan Jakarta-Bogor, Selasa (1/2/2011) pagi. Korban adalah warga Perumahan Bumi Pertiwi Blok DB No 6, RT 05 RW 02 Kampung Kedunghalang Lebak, Cilebut Timur, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor.

Peristiwa itu terjadi di perlintasan kereta Jalan Baru di RT 01 RW 01 Kedung Badak, Tanah Sereal, Kota Bogor. Tubuh suami-istri yang sama-sama pensiunan pegawai negeri itu penuh luka akibat terseret, terbentur, dan terpental hingga beberapa meter. Kepala Rusdi cedera berat, sementara Nurhayati patah tulang.

Sejumlah orang yang melihat kejadian itu menyebutkan bahwa Rusdi dan Nurhayati tertabrak KRL ekonomi yang meluncur dari arah Jakarta. Saat itu pasangan tersebut menyeberangi perlintasan dari arah Kebon Pedes ke Kedung Badak.

"Kejadiannya 10.30. Kebetulan saat itu saya ada di pinggir kereta lagi naik motor. Saya lihat si bapak itu mau menolong istrinya. Dia sudah saya klaksonin, tetapi enggak dengar kayanya," ujar Wahyu (30), salah seorang saksi mata.

Dia mengatakan, sebenarnya saat kereta datang, posisi Rusdi sudah berada di pinggir jalan dan berhasil menyeberang. Namun, melihat istrinya masih berada di tengah, Rusdi kembali lagi untuk menyelamatkannya. Upaya itu pun gagal sehingga keduanya tertabrak KRL.

"Sepertinya sandal atau kaki si ibu nyangkut, lalu si bapak kembali untuk menolong. Saya sempat melihat si bapak berhasil memegang tangan si ibu, tapi kemudian kereta datang. Mereka terseret kemudian terbentur ke tiang tembok penanda jarak," kata Wahyu.

Nurhikmah, pemilik warung yang berada di dekat lokasi kejadian, menyebutkan, kejadian tersebut berlangsung sangat cepat. "Tadi itu mereka hendak menyeberang. Saya lihat jelas karena mereka menyeberang di samping dagangan saya. Saya ngeliatnya ngeri," katanya.

Jenazah suami-istri itu langsung dibawa ke ruang forensik Rumah Sakit PMI Bogor. Sementara itu, lokasi kejadian langsung dibersihkan warga setempat dengan air. (Soewidia Henaldi)

Sent Using Telkomsel Mobile Internet Service powered by

View the original article here