Tampilkan postingan dengan label Wisatawan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Wisatawan. Tampilkan semua postingan
Wisatawan Bali Ikut Rayakan Imlek

Wisatawan Bali Ikut Rayakan Imlek

DENPASAR, KOMPAS.com - Sejumlah wisatawan mancanegara dan nusantara yang sedang menikmati liburan di Bali ikut ambil bagian dalam persembahyangan Tahun Baru Imlek 2562 di Vihara Dharmayana Kuta, Kamis (3/2/2011) pagi.

Demikian pula warga keturunan Tionghoa di kota Denpasar dan daerah lainnya di Bali memadati sejumlah vihara dan kelenteng, guna melakukan persembahyangan yang berlangsung secara khusuk dan khidmat.

Mereka mendatangi tempat suci itu secara silih berganti sejak Rabu malam, setelah sebelumnya memanjatkan doa mohon keselamatan di rumahnya masing-masing.

Penanggungjawab Vihara Dharmayana Kuta, Indra Suarlin mengatakan, pihaknya membuka diri bagi wisatawan yang ingin melakukan persembahyangan berbaur dengan umat setempat.

Persembahyangan dalam beberapa gelombang itu dilakukan sesuai tradisi yang diwarisi secara turun temurun dan rangkaian kegiatan itu akan berlangsung hingga 17 Februari 2011 yang diakhiri dengan pembersihan diri (buang sial).

Penyalaan lilin, hiasan lampu (lampion), serta persembahan hidangan buah-buahan dan berbagai macam kue menjadi ciri khas perayaan Imlek di Vihara Dharmayana Kuta.

Nuansa religius itu hampir mirip saat umat Hindu merayakan Hari Raya Galungan, hari kemenangan Dharma (kebaikan) melawan Adharma (keburukan).

"Hal itu mencerminkan terjadinya pembauran dan toleransi kehidupan beragama yang semakin kokoh, hidup harmonis, berdampingan satu sama lainnya tanpa pernah terjadi konflik," tutur Indra Suarlin.

Salah seorang tokoh perwalian umat Budha di Bali itu menjelaskan, kerukunan hidup yang didasarkan atas kesadaran dan saling pengertian menghormati satu sama lain telah diwarisi secara turun temurun sejak 500 tahun yang silam.

Bali kini dihuni oleh penduduk berasal dari 30 etnis di Nusantara, termasuk keturunan Tionghoa serta warga dunia yang berasal dari sejumlah negara.

Keragaman etnis dan warna kulit tersebut dikelola dan dijaga dengan baik dengan harapan seluruh warga tetap dapat hidup harmonis berdampingan satu sama lainnya tanpa menimbulkan masalah.

Harmoni keragaman tersebut disinergikan untuk menjadikan Bali aman damai dan sejahtera (Mandara) yang lebih dikenal masyarakat setempat dengan istilah Ngardi Bali Shanti Lan Jagadhita, yakni tetap terpeliharanya Bali yang damai, aman dan tenteram.

Masyarakat Bali maupun etnis Tionghoa dan etnis dari berbagai daerah di Nusantara yang bermukim di Pulau Dewata, semakin menyadari bahwa, kemajemukan yang beragam dapat dikombinasikan dengan nilai-nilai positif sehingga menjadi satu hal yang indah, unik dan menarik.

Sent Using Telkomsel Mobile Internet Service powered by

View the original article here