Tampilkan postingan dengan label Rutan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Rutan. Tampilkan semua postingan
Muladi Jenguk Politisi Golkar di Rutan Cipinang & Rutan Salemba

Muladi Jenguk Politisi Golkar di Rutan Cipinang & Rutan Salemba

Selasa, 01/02/2011 13:44 WIB
Muladi Jenguk Politisi Golkar di Rutan Cipinang & Rutan Salemba 
Ramadhian Fadillah - detikNews


Jakarta - Gubernur Lemhannas Muladi menjenguk politisi Golkar Paskah Suzetta dan rekan lainnya yang ditahan terkait kasus suap pemilihan Deputi Gubernur Senior (DGS) BI Miranda Goeltom di Rutan Cipinang. Ketua DPP Partai Golkar ini datang dengan pengurus Golkar lainnya dan stafnya.

Muladi datang sekitar pukul 11.40 WIB dan keluar pukul 13.00 WIB, di Rutan Cipinang, Jakarta Timur, Selasa (1/2/2011). Muladi menumpang Toyota Crown Royal Saloon. Sedangkan politisi Golkar lain dan stafnya menumpang mobil Alphard putih.

Muladi mengenakan batik kuning dan hijau. Selain di Rutan Cipinang, Muladi juga menjenguk rekan-rekannya di Rutan Salemba.

"Saya sebagai Ketua Golkar harus menjenguk dan meninjau kadernya agar mereka menyiapkan diri menghadapi kasus ini. Saya ketemu Pak Paskah Suzetta, Marthin Bria Seran dan Ahmad Hafiz Zawawi. Sebelumnya saya juga ketemu teman-teman di Salemba" ujar Muladi usai menjenguk rekan-rekannya sesama politisi Golkar.

Menurut Muladi, politisi Golkar yang ditahan di Rutan Cipinang dan Rutan Salemba meminta dukungan moril. Golkar juga mendukung langkah Paskah yang akan mengajukan praperadilan karena ditahan KPK.

Muladi meminta KPK mengusut semua kasus suap DGS BI. KPK jangan hanya mengusut penerima suap namun juga pemberi suap.

"Ini kritik untuk KPK. KPK harus mengusut semua yang menyuap, harus dibongkar. Itu yang paling jahat. Mereka hanya korban orang yang serakah dan haus kekuasaan. KPK harus cari penyuapnya," kata Muladi.

Politisi Golkar yang ditahan di Rutan Cipinang yakni Paskah Suzetta, Marthin Bria Seran dan Ahmad Hafiz Zawawi. Sedangkan politisi Golkar yang ditahan di Rutan Salemba yakni Baharuddin Aritonang, TM Nurlif, Reza Kamarullah, dan Asep Ruchyat.
(nik/nvt)

Tetap update informasi di manapun dengan http://m.detik.com dari browser ponsel anda!

Tutup

You are redirected to Facebook

loadingSending your message



Redaksi: redaksi[at]detik.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi Nuniek di nuniek[at]detik.com,
telepon 021-7941177 (ext.526).

View the original article here

Muladi Jenguk Politisi Golkar di Rutan Cipinang & Rutan Salemba

Muladi Jenguk Politisi Golkar di Rutan Cipinang & Rutan Salemba

Selasa, 01/02/2011 13:44 WIB
Muladi Jenguk Politisi Golkar di Rutan Cipinang & Rutan Salemba 
Ramadhian Fadillah - detikNews


Jakarta - Gubernur Lemhannas Muladi menjenguk politisi Golkar Paskah Suzetta dan rekan lainnya yang ditahan terkait kasus suap pemilihan Deputi Gubernur Senior (DGS) BI Miranda Goeltom di Rutan Cipinang. Ketua DPP Partai Golkar ini datang dengan pengurus Golkar lainnya dan stafnya.

Muladi datang sekitar pukul 11.40 WIB dan keluar pukul 13.00 WIB, di Rutan Cipinang, Jakarta Timur, Selasa (1/2/2011). Muladi menumpang Toyota Crown Royal Saloon. Sedangkan politisi Golkar lain dan stafnya menumpang mobil Alphard putih.

Muladi mengenakan batik kuning dan hijau. Selain di Rutan Cipinang, Muladi juga menjenguk rekan-rekannya di Rutan Salemba.

"Saya sebagai Ketua Golkar harus menjenguk dan meninjau kadernya agar mereka menyiapkan diri menghadapi kasus ini. Saya ketemu Pak Paskah Suzetta, Marthin Bria Seran dan Ahmad Hafiz Zawawi. Sebelumnya saya juga ketemu teman-teman di Salemba" ujar Muladi usai menjenguk rekan-rekannya sesama politisi Golkar.

Menurut Muladi, politisi Golkar yang ditahan di Rutan Cipinang dan Rutan Salemba meminta dukungan moril. Golkar juga mendukung langkah Paskah yang akan mengajukan praperadilan karena ditahan KPK.

Muladi meminta KPK mengusut semua kasus suap DGS BI. KPK jangan hanya mengusut penerima suap namun juga pemberi suap.

"Ini kritik untuk KPK. KPK harus mengusut semua yang menyuap, harus dibongkar. Itu yang paling jahat. Mereka hanya korban orang yang serakah dan haus kekuasaan. KPK harus cari penyuapnya," kata Muladi.

Politisi Golkar yang ditahan di Rutan Cipinang yakni Paskah Suzetta, Marthin Bria Seran dan Ahmad Hafiz Zawawi. Sedangkan politisi Golkar yang ditahan di Rutan Salemba yakni Baharuddin Aritonang, TM Nurlif, Reza Kamarullah, dan Asep Ruchyat.
(nik/nvt)

Tetap update informasi di manapun dengan http://m.detik.com dari browser ponsel anda!

Tutup

You are redirected to Facebook

loadingSending your message



Redaksi: redaksi[at]detik.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi Nuniek di nuniek[at]detik.com,
telepon 021-7941177 (ext.526).

View the original article here

Gayus Bayar Paspor di Luar Rutan

Gayus Bayar Paspor di Luar Rutan

Gayus membayar uang sebesar US$100.000 untuk paspor atas nama Sony Laksono. Paspor Gayus Tambunan atas nama Sony Laksono (Twitter Denny Indrayana)

VIVAnews - Tersangka pemalsuan paspor, Gayus Tambunan menyerahkan uangnya secara langsung kepada calo untuk membuat paspor palsu atas nama Sony Laksono. Namun, dalam penyidikan, ada perbedaan jumlah uang yang diserahkan Gayus kepada sindikat pemalsu paspor.

"Secara langsung. Di luar, bukan di rutan," kata Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri, Kombes Pol Boy Rafli Amar di Mabes Polri, Jakarta, Kamis 13 Januari 2011.

Gayus sendiri dikenalkan oleh teman lamanya, AG kepada seseorang yang terlibat dalam sindikat pemalsu paspor berinisial A. Perkenalan antara Gayus dan A terjadi sekitar bulan Juli 2010. "Pada saat Gayus berencana membuat paspor," kata dia.

Menurut keterangan yang diberikan oleh A yang bertugas mengambil foto paspor, Gayus membayar uang sebesar US$100.000 untuk paspor atas nama Sony Laksono tersebut. A sendiri mengaku menerima US$2.500 dari uang itu. "Dan sisanya diambil oleh tim atau yang kita duga sindikat pembuat paspor  palsu," kata dia.

Sementara itu, lanjut Boy, AG yang telah mengenalkan Gayus dengan A mengaku tidak menerima uang yang dibayarkan oleh Gayus. "Yang kita ungkap, dia tidak terima," kata dia.

"Kita belum melihat adanya keterlibatan secara langsung, jadi perannya hanya memperkenalkan saja, menjembatani antara Gayus dengan A yang kita duga sebagai salah satu anggota sindikat pembuat paspor palsu."

Sebelumnya, pengacara Gayus, Hotma Sitompul mengatakan kliennya hanya membayar tak lebih dari Rp200 juta untuk membuat paspor, bukan US$100.000. Terkait hal itu, Boy belum mengetahui adanya perbedaan keterangan tersebut. "Berbeda ya. Kalau Gayus memang menyatakan Rp200 juta, tapi sementara berdasarkan A adalah sedemikian rupa (US$100.000) dalam bentuk dolar," kata dia.

Boy mengatakan, penyidik belum melakukan konfrontir antara Gayus dan tersangka A untuk mengkroscek jumlah uang yang diserahkan Gayus dalam pembuatan paspor itu. "Belum,  jadi memang kalau perbedaan keterangan dalam proses penyidikan itu lazim terjadi. Tentu lihat bagaimana penyidik membuktikan mana yang paling kuat dan mana paling benar dalam keterangan itu," kata dia.

• VIVAnews Belum ada komentar untuk ditampilkan pada artikel ini.

View the original article here