Tampilkan postingan dengan label Jambu. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Jambu. Tampilkan semua postingan
Buruh Rokok Jambu Bol Blokir Pantura

Buruh Rokok Jambu Bol Blokir Pantura

KUDUS, KOMPAS.com — Ratusan buruh pabrik rokok Jambu Bol Kudus, Jawa Tengah, Selasa (1/2/2011), berunjuk rasa dengan memblokir Jalan Pantura Timur atau Jalan Kudus-Pati untuk menuntut pembayaran upah selama beberapa tahun terakhir.

Aksi mereka mulai sekitar pukul 09.00 WIB, diawali duduk di depan pabrik rokok Jambu Bol di Desa Ngembalrejo, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus, tepi di Jalan Kudus-Pati Kilometer 5.

Sekitar pukul 09.58 WIB, ratusan buruh rokok tersebut mulai ke tengah jalan yang padat lalu lintas tanpa bisa dihalau aparat kepolisian setempat. Jumlah aparat kepolisian yang berjaga tidak sebanding dengan jumlah pengunjuk rasa yang didominasi para ibu itu.

Aksi blokir jalan berhasil dibubarkan aparat secara paksa sekitar pukul 10.24 WIB setelah ada penambahan jumlah personel dan kendaraan patroli. Petugas berhasil membuka akses jalan yang padat lalu lintas tersebut.

Menurut salah seorang buruh, Hartono (45), aksi mereka merupakan bentuk kekesalan buruh terhadap perusahaan yang tidak bersedia membayar upah selama beberapa tahun terakhir.

Jumlah upah buruh yang belum dibayarkan, katanya, bervariasi sesuai jabatan dan masa kerja. Ia memperkirakan, jumlah hak normatif atau premi yang belum dibayarkan perusahaan sebanyak 23 kali dengan nominal sekali premi sebesar Rp 26.000 per buruh.

Uang tunggu yang belum dibayarkan, katanya, sebanyak 18 bulan dengan nominal sebesar Rp160.000 per bulan. "Selama ini perusahaan baru membayar satu kali premi dan satu kali uang tunggu," ujarnya.

Ia mengaku tidak menjali  aktivitas kerja di PR Jambu Bol sejak 2008 karena tanpa ada kejelasan nasib. Untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga, bapak dua anak itu terpaksa menjadi buruh serabutan dengan penghasilan tak menentu.

Seorang buruh lainnya, Rumani, mengaku, sejak 2008 harus bekerja serabutan demi mencukupi kebutuhan hidup keluarganya, termasuk membiayai sekolah anak pertama yang duduk di bangku kelas 2 SMP.

"Perusahaan harus bertanggung jawab dengan nasib karyawan yang jumlahnya mencapai ribuan buruh ini. Jika mereka menyatakan kesediaannya membayar hak buruh, tentu buruh memiliki kepastian waktu pembayarannya," ujarnya.

Hingga berita ini diturunkan, kondisi arus lalu lintas di Jalur Pantura mulai lancar meskipun sejumlah buruh tak bersedia bubar dan masih berdiri di tepi jalan. Bahkan beberapa pengunjuk rasa sempat kembali memblokir jalan setempat meskipun berhasil dihalau petugas.

Sent Using Telkomsel Mobile Internet Service powered by

View the original article here