Tampilkan postingan dengan label Mengubah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Mengubah. Tampilkan semua postingan
Celah Bisnis yang Mengubah Citra Bumil

Celah Bisnis yang Mengubah Citra Bumil

Meski hamil sembilan bulan, bumil tetap tampil keren dengan jeans maternity yang tepat.

KOMPAS.com Berbagai hal seputar kehamilan bisa menjadi peluang bisnis menggiurkan di Indonesia. Pasalnya, pasar Indonesia memang terbuka dari segala kalangan, ditambah jumlah penduduk yang mencapai ratusan juta jiwa dan angka kelahiran yang tinggi. Inilah celah yang juga dilirik Holy Sie, BBA, pendiri dan pemilik usaha jins untuk ibu hamil (maternity jeans) berlabel Yasashii Jeans.

Pilihan Holy untuk membuka lapangan pekerjaan dengan berbisnis jins bumil didasarkan pada pengalaman pribadinya. Tak sulit mencari ide bisnis asalkan jeli melihat kebutuhan orang lain, seperti yang dialami Holy. Perempuan yang juga berprofesi sebagai peneliti dan trainer bersertifikat ini cerdik belajar dari kehamilannya. Saat hamil anak pertama pada 2006, Holy bermukim di Jepang sambil menjalani profesinya. Sebagai ibu bekerja, Holy membutuhkan busana yang menunjang penampilannya. Jins menjadi pilihan Holy sebagai salah satu busana kerja. Apalagi di Jepang, desain jins untuk bumil menarik mata dan apik dikenakan. Modelnya yang disesuaikan dengan bentuk tubuh membuat penampilan bumil lebih menarik dan seksi.

"Biasanya bumil mengenakan jins suami atau berukuran longgar yang tidak sesuai dengan bentuk tubuh. Dengan pakaian yang tepat, bumi bisa tetap tampil keren dan seksi," kata Holy kepada Kompas Female.

Menantang diri dengan ide kreatif yang berbeda
Menurut Holy, setelah mengamati pasar di Indonesia, jins kreasinya menjadi jawaban bagi bumil yang senang tampil modis. Namun, di sisi lain juga ada penolakan. Di Indonesia, kata Holy, bumil selalu identik dengan gaya out of date. Mengubah citra (image) bumil yang kerap tampil apa adanya tanpa memikirkan busana yang menarik memang membutuhkan kesabaran.

"Di pusat grosir pun masih banyak toko yang menolak produk saya dengan alasan tidak akan ada orang yang mencari model pakaian seperti yang saya buat. Saya masih harus banyak berjuang dalam memasarkan produk," ujarnya.

Namun, di sisi lain Holy meyakini, fashion untuk bumil punya ceruk pasar yang menarik untuk digali. Dia bahkan yakin, menyediakan busana yang lebih gaya bisa mengatasi salah satu masalah bumil yang bikin frustrasi. Baginya, tak sedikit bumil yang gelisah dengan perubahan bentuk tubuhnya selama hamil dan mengkhawatirkan penampilan selama mengandung. Akan tetapi, dengan  menyediakan produk fashion jins bumil, Holy mengaku bisa membantu menemukan solusi berbusana bagi bumil yang memerhatikan citra diri, terutama bumil bekerja.

Beda produk kaya inovasi
Tidak sedikit jins hamil yang beredar di pasaran. Menyadari produknya bukan barang baru, Holy merancang jins bumil dengan model berbeda dari yang sudah ada.

"Jins yang saya buat terbuat dari bahan jins cukup tebal, bukan bahan kain denim biasa. Desain sangat disesuaikan dengan bentuk tubuh bumil sehingga pas di tubuh, membuat bumil bisa tampak jauh lebih langsing daripada mengenakan jins yang tidak berbentuk. Sedangkan pinggangnya jatuh di bawah perut sehingga tidak ada celah pada bagian perut ke paha. Bumil masih bisa mengenakan ban pinggang agar tampak lebih modis," ia menjelaskan.

Jins merek Yasashii ini memang detail memerhatikan kebutuhan bumil dalam rancangan celananya, termasuk desain kantong kangguru pada jins bumil yang penuh sampai ke bawah lingkar dada. Dengan begitu, bumil tidak tersiksa dengan karet di sekitar perut dan masih bisa menggunakan kaus ketat tanpa harus terlihat kerut celana pada perut. Selain itu, kantung kangguru bisa membantu menyangga kulit sekitar perut agar tidak terlalu berat menopang beban janin. Desain ini sengaja dirancang agar perut bumil bisa kembali normal lebih cepat setelah melahirkan.

Holy pun meyakini, inovasi ide yang menurutnya kecil ini nanti akan membawa perubahan besar. Setidaknya, melalui rancangan jinsnya, Holy menunjukkan perhatian khusus kepada bumil, terutama bperempuan yang punya kepedulian tinggi dengan bentuk badan dan citra diri.

Memilih sistem konsinyasi dan "online"
Holy menggunakan sistem konsinyasi (titip jual) di sejumlah pusat grosir di Jakarta serta sistem online. Baginya, kedua jenis penjualan ini punya kelebihan masing-masing. Pelanggan bisa lebih leluasa mencoba jins jika membelinya di pusat grosir. Tentu cara ini memberikan kepuasan tersendiri bagi pembeli.

"Khusus untuk produk fashion, customer biasanya akan lebih sreg membeli kalau melihat langsung dan bentuknya pas di badan serta keren. Ditambah lagi untuk bumil, yang paling penting adalah nyaman. Namun, kekurangannya adalah saya tidak bisa menjangkau area yang luas karena tentu saja hanya per area," katanya.

Adapun sistem online memungkin Holy menjangkau lebih banyak tempat. Sayang, pembeli harus mengira-ngira ukuran jins yang tepat untuknya meski sudah dilampirkan foto produk di blog tempatnya mempromosikan Yasashii Jeans.

"Internet memang cocok untuk media perkenalan produk dan menjalin kepercayaan publik dalam menjalani bisnis maternity," lanjut Holy, yang lebih mengandalkan sistem penjualan konsinyasi.

Hingga saat ini Yasashii Jeans bisa ditemukan sejumlah pusat grosir atau retail, seperti WTC Mangga Dua, ITC Kuningan, Plaza Semanggi, dan ITC Cempaka Mas. Dengan  kisaran harga Rp 125.000 per potong, Holy mampu meraup omzet sekitar Rp 20 juta per bulan dan menikmati profit 20 persennya.

Peluang masih terbuka lebar
Yasashii Jeans menyediakan jins bumil dengan usia kehamilan hingga sembilan bulan. Awalnya Holy memang hanya mendesain jins bumil hingga usia kehamilan lima bulan. Namun, potensi bisnis bagi Holy terbuka lebih lebar jika mampu menyokong kebutuhan bumil sepanjang kehamilannya. Seputar kehamilan dan penampilan bumil masih menjadi fokus perhatian Holy, yang bisa diterjemahkan menjadi peluang bisnis.

"Masih banyak yang bisa digarap dari bisnis maternity," ungkapnya sambil menyebutkan ikat pinggang untuk bumil, baju hamil khusus ibu bekerja, baju hamil untuk pesta, dan celana pendek untuk santai. Selain itu, katanya, fashion yang tepat, seperti gendongan khusus dengan penutup untuk ibu menyusui, bisa mendukung pemberian ASI eksklusif enam bulan hingga dua tahun.

Ke depan, dengan bantuan permodalan yang jauh lebih besar, Holy berharap bisa menggarap semua ide bisnis untuk mengembangkan sayapnya semakin lebar.

Optimisme dan inovasi kreatif Holy patut ditiru dalam membangun kewirausahaan. Apalagi, Holy berhasil menyabet penghargaan lomba Wanita Wirausaha BNI-Femina 2009. Sebuah bukti keberhasilan Holy mengembangkan Yasashii Jeans yang mengedepankan kenyamanan pelanggannya, para ibu hamil.

Info Yasashii Jeans:
www.yasashiijeans.blogspot.com
Jalan Aries Asri VII Blok E5/15, Jakarta 11620


WAF

Editor: Dini


View the original article here

5 Langkah Mengubah Hobi Jadi Bisnis

5 Langkah Mengubah Hobi Jadi Bisnis

Undang teman Anda ke rumah untuk mencicipi hidangan andalan Anda.

KOMPAS.com - Ketika Anda memiliki pekerjaan penuh waktu yang begitu Anda cintai, Anda mungkin tidak akan bermimpi untuk melakukan hal yang lain. Namun bagi orang lain, mungkin bukan pekerjaan yang memberikan makna hidup dan memenuhi setiap aspek dalam hidup Anda, melainkan hobi. Nah, bagaimana caranya agar Anda bisa mendapatkan kepercayaan diri dan pengalaman untuk mengembangkan hobi ini menjadi bisnis yang sukses?

Ada lima cara untuk perlahan mengubah hobi yang dijalani secara paruh waktu ini menjadi bisnis penuh waktu:

1. Tawarkan karya Anda secara gratis, atau sebagai sampel yang diberikan dengan diskon. Entah itu Anda menjual aksesori, pakaian yang Anda desain sendiri, makanan, atau layanan apapun, latihlah keahlian Anda ini, dan uji kemampuan Anda menjual pada teman-teman. Undang mereka ke rumah Anda untuk mencoba hidangan khas yang Anda kuasai, atau bawakan contoh aksesori yang Anda rangkai sendiri ke kantor. Kemudian, cobalah mendapatkan feedback dari mereka supaya Anda bisa memperbaiki diri dan menghasilkan karya yang lebih baik.

2. Curi ilmu dari ahlinya. Banyak sekali seminar atau workshop kewirausahaan yang diadakan oleh perusahaan atau produk tertentu. Hadiri seminar-seminar ini, karena Anda tidak akan sekadar mendapatkan teori, tetapi juga pengalaman dari mereka yang pernah jatuh-bangun saat mengembangkan bisnisnya. Anda juga bisa memulai langkah Anda dengan melamar sebagai part-timer di perusahaan pemilik bisnis tersebut, sehingga Anda bisa belajar banyak dari sana.

3. Bangun jejaring. Begitu Anda menyadari bahwa hobi Anda memiliki peluang untuk berkembang dan memiliki masa depan yang cukup menjanjikan, gunakan situs seperti LinkedIn.com atau jejaring sosial lain untuk menghimpun calon kolega, prospek, atau pelanggan Anda. Mintalah orang-orang yang berpengaruh untuk menjadi bagian dari jejaring Anda. Semakin besar komunitas Anda, semakin besar potensi Anda menjadi sukses.

4. Iklankan. Setelah menyempurnakan hobi Anda, dan kini Anda siap melangkah ke tahap selanjutnya, ciptakan website sederhana yang menjelaskan mengenai usaha Anda, lengkap dengan nama perusahaan yang baik, logo yang didesain dengan unik, dan sebarkan berita mengenai peluncuran produk atau layanan Anda ini melalui Twitter, Facebook, YouTube (jika ada hubungannya), jejaring sosial lain, dan tentunya e-mail.

5. Berikan perhatian penuh. Usaha yang semakin berkembang, tentu menuntut perhatian yang lebih besar dari Anda. Maka jika bisnis Anda sudah menghasilkan keuntungan, dan Anda yakin bisa membiayai hidup Anda dari usaha ini, pertimbangkan untuk mengundurkan diri dari pekerjaan kantoran Anda. Umumkan bahwa bisnis ini sekarang sudah menjadi pekerjaan penuh Anda yang baru. Selamat mencoba.


DIN

Editor: Dini

Sumber: Shine


View the original article here