Tampilkan postingan dengan label Ancam. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ancam. Tampilkan semua postingan
Trayek Dihapus, Sopir Bus P6 Ancam Demo Dishub

Trayek Dihapus, Sopir Bus P6 Ancam Demo Dishub

Selasa, 01/02/2011 13:49 WIB
Trayek Dihapus, Sopir Bus P6 Ancam Demo Dishub 
Andri Haryanto - detikNews


Bus P6 tetap beroperasi Jakarta - Pemerintah mulai menghapuskan beberapa trayek bus kota yang bersinggungan dengan jalur busway koridor IX (Pinang Ranti-Pluit). Meski penghapusan trayek dimulai hari ini, beberapa trayek bus kota tetap beroperasi. Alasan mereka, karena tak punya pekerjaan lain jika trayek bus kota dihapuskan.

Wawan Sutisna (36) terlihat bingung. Sesekali telapak tangan kanannya memegang dahi dan menopang dagu. Sementara puluhan sopir bus Patas 6 (P6) yang duduk di anak tangga Terminal Kampung Rambutan dan berada di belakang Wawan riuh membicarakan nasib mereka jika bus dengan trayek Kampung Rambutan-Grogol benar-benar diberhentikan.

"Enggak tahu mau ngapain, kerja apa kalau tanggal 7 nanti bus sudah enggak boleh beroperasi," keluh Wawan saat ditemui detikcom di Terminal Kampung Rambutan, Senin (1/2/2010).

Wawan bergabung di PO Mayasari Bakti sejak tahun 1992. Selama 3 tahun dia mengawali pekerjaannya menjadi kernet bus P6. Pada tahun 1995 dia mulai dipercaya memegang stir bus sampai dengan sekarang.

"Yang jadi sopir P6 ini rata-rata orang lama, yang baru cuma beberapa," ujarnya seraya menghisap rokok kretek.

Bapak 2 anak asal Cianjur ini mengaku sudah mengetahui kalau trayek yang biasa dilaluinya dibekukan pemerintah karena bersingunggan dengan busway koridor IX. Namun dia nekat beroperasi agar dapur rumah di kampung halamannya tetap mengepul.

"Kalau enggak narik gimana mau bawa uang ke kampung, mas," ucap pria berambut keriting ini.

Senada dengan Wawan, sopir P6 lainnya Zaenal (40), mengaku keberatan dengan pembekuan trayek bus. Menurutnya, pemerintah tidak memberikan solusi terhadap nasib mereka jika benar bus yang biasa dibawanya dihapuskan.

"Kalau total dihapuskan terus terang kita keberatan. Cuma P6 yang melayani penumpang 24 jam, kalau busway kan enggak 24 jam operasinya," terang Zaenal.

Zaenal bersikukuh untuk tetap memperjuangkan operasional P6. Dia dan beberapa rekan satu pekerjaan akan mendesak perusahaan untuk mempertahankan trayek tersebut.

"Kalau ternyata tanggal 7 kita semua diberhentikan total sopir-sopir di sini bakalan demo supaya P6 tetap beroperasi," ancam Laki-laki yang memulai kerja di Mayasari Bakti sejak 1990.

(ahy/gun)

Tetap update informasi di manapun dengan http://m.detik.com dari browser ponsel anda!

Tutup

You are redirected to Facebook

loadingSending your message



Redaksi: redaksi[at]detik.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi Nuniek di nuniek[at]detik.com,
telepon 021-7941177 (ext.526).

View the original article here

Trayek Dihapus, Sopir Bus P6 Ancam Demo Dishub

Trayek Dihapus, Sopir Bus P6 Ancam Demo Dishub

Selasa, 01/02/2011 13:49 WIB
Trayek Dihapus, Sopir Bus P6 Ancam Demo Dishub 
Andri Haryanto - detikNews


Bus P6 tetap beroperasi Jakarta - Pemerintah mulai menghapuskan beberapa trayek bus kota yang bersinggungan dengan jalur busway koridor IX (Pinang Ranti-Pluit). Meski penghapusan trayek dimulai hari ini, beberapa trayek bus kota tetap beroperasi. Alasan mereka, karena tak punya pekerjaan lain jika trayek bus kota dihapuskan.

Wawan Sutisna (36) terlihat bingung. Sesekali telapak tangan kanannya memegang dahi dan menopang dagu. Sementara puluhan sopir bus Patas 6 (P6) yang duduk di anak tangga Terminal Kampung Rambutan dan berada di belakang Wawan riuh membicarakan nasib mereka jika bus dengan trayek Kampung Rambutan-Grogol benar-benar diberhentikan.

"Enggak tahu mau ngapain, kerja apa kalau tanggal 7 nanti bus sudah enggak boleh beroperasi," keluh Wawan saat ditemui detikcom di Terminal Kampung Rambutan, Senin (1/2/2010).

Wawan bergabung di PO Mayasari Bakti sejak tahun 1992. Selama 3 tahun dia mengawali pekerjaannya menjadi kernet bus P6. Pada tahun 1995 dia mulai dipercaya memegang stir bus sampai dengan sekarang.

"Yang jadi sopir P6 ini rata-rata orang lama, yang baru cuma beberapa," ujarnya seraya menghisap rokok kretek.

Bapak 2 anak asal Cianjur ini mengaku sudah mengetahui kalau trayek yang biasa dilaluinya dibekukan pemerintah karena bersingunggan dengan busway koridor IX. Namun dia nekat beroperasi agar dapur rumah di kampung halamannya tetap mengepul.

"Kalau enggak narik gimana mau bawa uang ke kampung, mas," ucap pria berambut keriting ini.

Senada dengan Wawan, sopir P6 lainnya Zaenal (40), mengaku keberatan dengan pembekuan trayek bus. Menurutnya, pemerintah tidak memberikan solusi terhadap nasib mereka jika benar bus yang biasa dibawanya dihapuskan.

"Kalau total dihapuskan terus terang kita keberatan. Cuma P6 yang melayani penumpang 24 jam, kalau busway kan enggak 24 jam operasinya," terang Zaenal.

Zaenal bersikukuh untuk tetap memperjuangkan operasional P6. Dia dan beberapa rekan satu pekerjaan akan mendesak perusahaan untuk mempertahankan trayek tersebut.

"Kalau ternyata tanggal 7 kita semua diberhentikan total sopir-sopir di sini bakalan demo supaya P6 tetap beroperasi," ancam Laki-laki yang memulai kerja di Mayasari Bakti sejak 1990.

(ahy/gun)

Tetap update informasi di manapun dengan http://m.detik.com dari browser ponsel anda!

Tutup

You are redirected to Facebook

loadingSending your message



Redaksi: redaksi[at]detik.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi Nuniek di nuniek[at]detik.com,
telepon 021-7941177 (ext.526).

View the original article here

Penumpang Ancam Tuntut Mandala Airlines

Penumpang Ancam Tuntut Mandala Airlines

Ini bukan sekedar masalah nominal tapi pembelajaran untuk menghormati hak konsumen. Pesawat Mandala Airlines (www.antaraphoto.com)

VIVAnews - Sejumlah calon penumpang berencana mengadukan maskapai Mandala Airlines ke lembaga konsumen dan menempuh jalur hukum. Mereka kecewa karena tidak ada pemberitahuan maskapai akan berhenti beroperasi.

"Kami tunggu 45 hari, Apabila Mandala mengabaikan janjinya akan saya bawa masalah ini ke lembaga yang concern dengan hak-hak konsumen," kata seorang calon penumpang, Arif Sugiono, di kantor Pusat Mandala, Tomang, Jakarta Barat, Kamis 13 Januari 2011.

Mandala berjanji mengembalikan uang refund minimal tujuh hari dan maksimal 45 hari. Arif yang juga menantu sejarawan, Anhar Gonggong, mengatakan, jika  tidak juga dikembalikan mereka akan menggunakan jalur hukum.

"Atas nama costumer Mandala, kami sepakat akan memakai langkah hukum dengan menuntut pihak Mandala. Kami sudah mengkoordinir untuk membentuk forum komunikasi agar proses pertanggungjawaban ini berjalan," ujar dia.

Bagi Arief, ini bukan sekedar masalah nominal tapi pembelajaran untuk menghormati hak konsumen. Arif, yang memiliki satu tiket Mandala tujuan Jakarta-Yogyakarta, menilai, Mandala terkesan menyepelekan kepercayaan pelanggannya.

Hal itu terlihat dari tidak adanya informasi langsung kepada pelanggan dan juga penjualan tiket masih dibuka pada hari kemarin. "Menjelang beberapa jam penutupan masih tetap menjalani reservasi tiket," ujar Arif yang baru membeli tiket kemarin.

Para pelanggan pun sempat meminta pengelola Mandala untuk mengalihkan ke maskapai lain dibandingkan refund yang harus menunggu waktu lama, namun pihak Mandala tidak dapat memenuhinya. "Kalau proses refund terlalu panjang, alihkan kami ke maskapai lain tapi mereka menyerah," ujar Arif.

Siang ini, suasana kantor Mandala masih dipadati calon penumpang yang mengantre untuk mengisi formulir refund. Sesekali kericuhan terjadi karena sejumlah calon penumpang tidak sabar terhadap antrean yang panjang.

Untuk melayani proses pengembalian uang itu, manajemen akan membuka layanan pengaduan dan pengembalian tiket dari Senin hingga Minggu. Untuk jam kerja Senin-Jumat, layanan buka pukul 06.00 hingga 23.00 WIB. Sementara itu, untuk Sabtu-Minggu dan hari libur buka mulai pukul 06.00 hingga 21.00 WIB.

• VIVAnews Belum ada komentar untuk ditampilkan pada artikel ini.

View the original article here