Tampilkan postingan dengan label Saham. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Saham. Tampilkan semua postingan
Saham Komoditas Layak Diburu Hari Ini

Saham Komoditas Layak Diburu Hari Ini

Tekanan inflasi yang bisa memberikan sentimen negatif pada sejumlah saham seperti bank. Lantai perdagangan bursa efek (VIVAnews/Purborini)

VIVAnews - Pelaku pasar di lantai Bursa Efek Indonesia diprediksi tetap memburu saham-saham sektor komoditas tambang maupun perkebunan pada transaksi hari ini, Selasa 18 Januari 2011.

Tekanan inflasi yang bisa memberikan sentimen negatif pada sejumlah saham seperti perbankan, menjadi pemicu saham komoditas masih diburu.

"Sektor tambang dan perkebunan masih layak diakumulasi," kata Kepala Riset PT Citi Pacific Securities Hendri Effendi kepada VIVAnews.com di Jakarta.

Menurut Hendri, faktor negatif belakangan ini seperti tekanan inflasi, yang biasa berpengaruh pada saham-saham bank, properti, dan multifinance mendorong investor memindahkan portofolionya ke sektor komoditas. "Selain itu, saham sektor tambang dan perkebunan lebih tergantung pada harga komoditas yang saat ini cenderung naik," ujarnya.

Dia merekomendasikan, saham-saham komoditas seperti PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Indika Energy Tbk (INDY), PT Timah Tbk (TINS), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), dan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI).

Kepala Riset PT Recapital Securities Pardomuan Sihombing juga berpendapat, seiring indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini yang diperoyeksi masih melanjutkan penurunan, sebaiknya pelaku pasar mengakumulasi saham-saham sektor perkebunan dan pertambangan, serta infrastruktur. "Strateginya beli saat harga sedang terkoreksi," kata dia.

Saham-saham batu bara, dia menambahkan, sensitif dengan kenaikan harga komoditas terutama batu bara yang saat ini mencapai US$136,30 per metrik ton berdasarkan harga mingguan di Newcastle dari pekan sebelumnya di level US$129. Adapun harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) juga mengalami tren naik sebesar US$1.196 per ton.

Saham tersebut antara lain PT Bumi Resources Tbk (BUMI), ADRO, PTBA, ANTM, TINS, PT International Nickel Indonesia Tbk (INCO), AALI, PT Perusahaan Perkebunan London Sumatera Indonesia Tbk (LSIP), PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO), dan PT Jasa Marga Tbk (JSMR).

Indeks kemarin ditutup terkoreksi 33,41 poin atau 0,93 persen pada level 3.535,73, di mana indeks tambang dan perkebunan juga mengalami tren penurunan masing-masing sebesar dua persen. Sedangkan sektor infrastruktur mengalami penguatan pada level 798,7 atau menguat 2,9 persen. (hs)

• VIVAnews Belum ada komentar untuk ditampilkan pada artikel ini.

View the original article here

Bos Apple Kembali Cuti Sakit, Saham Anjlok

Bos Apple Kembali Cuti Sakit, Saham Anjlok

Steve Jobs dan Apple iPad (nj.com)

VIVAnews - Pendiri dan Kepala Eksekutif Korporat Apple Inc., Steve Jobs, kembali mengambil cuti sakit karena kesehatannya kembali bermasalah. Akibatnya, saham produsen iPhone dan iPad itu anjlok lebih dari enam persen.

Menurut harian The Wall Street Journal, Jobs berkata kepada para staf bahwa dia terpaksa mengambil cuti sakit. "Jadi, saya bisa fokus pada kesehatan saya," kata Jobs, Senin 17 Januari 2011 waktu setempat.

Untuk sementara, tugas-tugas Jobs akan diambil alih oleh Kepala Eksekutif Operasional Apple, Tim Cook. Namun, Jobs tetap akan dilibatkan menyangkut keputusan-keputusan strategis Apple. 

Ini merupakan kali ketiga Jobs mengambil cuti sakit sejak 2004. Pria berusia 55 tahun itu tidak menjelaskan gangguan kesehatan apa yang dia derita saat ini.

Jobs dikenal bermasalah dengan kanker pankreas dan menerima cangkok liver. Kalangan pemain saham pun menduga bahwa Jobs tampaknya kembali menderita gangguan yang sama sehingga timbul keraguan mengenai kesehatan dia sekaligus masa depan Apple, yang sudah dikenal sebagai produsen perangkat elektronik terkemuka Amerika.

Cuti sakit Jobs akhirnya berpengaruh di perdagangan saham. Menurut kantor berita Associated Press, harga saham Apple di bursa Frankfurt, Jerman, turun 6,6 persen menjadi 243 euro per lembar. (hs)

• VIVAnews Belum ada komentar untuk ditampilkan pada artikel ini.

View the original article here