Cirebon Alokasikan Dana bagi Nelayan

CIREBON, KOMPAS.com - Pemerintah Kota Cirebon mengalokasikan dana sekitar Rp 1 miliar bagi usaha perikanan dan kelautan di daerah itu. Sebagian dari dana itu juga akan dialokasikan bagi upaya pemberdayaan masyarakat pesisir dalam menghadapi cuaca ekstrem.

Wali Kota Cirebon Subardi mengemukakan, kepastian besaran anggaran bagi nelayan itu masih akan dibahas bersama instansi terkait. Namun, ia membenarkan bahwa pihaknya tengah memikirkan solusi bagi kehidupan nelayan Cirebon yang makin terimpit karena cuaca ekstrem.

"Kepastian anggaran masih menunggu evaluasi dokumen pelaksanaan anggaran (DPA) oleh dinas terkait. Namun, sejumlah program sempat kami bicarakan, antara lain dengan pembuatan rumpon bagi nelayan, yakni semacam keramba dari bambu yang dikelilingi jaring untuk menangkap ikan," tutur Subardi usai silaturahimi dengan wartawan dalam rangka Hari Pers Nasional di Cirebon, Jawa Barat, Rabu (9/2/2011).

Subardi mengatakan, nelayan pesisir termasuk kelompok warga miskin di Cirebon yang kini berusaha dientaskan oleh pemerintahannya. Saat cuaca baik, warga di pesisir menangkap ikan dan bekerja di tempat-tempat pengolahan ikan atau hasil laut. Saat cuaca buruk, banyak nelayan menganggur dan beralih profesi menjadi tenaga kasar atau bekerja serabutan.

Berbeda dengan daerah lain, bahkan dengan warga dari Kabupaten Cirebon, melaut bukanlah pekerjaan satu-satunya bagi nelayan dari kota. "Mereka terkadang bisa mencari pekerjaan lain, sehingga kami juga sulit untuk membuatkan program yang pasti terhubung dengan keahlian mereka di laut," kata Subardi.

Sekretaris Daerah Kota Cirebon Hasanudin Manab menambahkan, evaluasi DPA itu ditargetkan selesai pada Februari ini. Setelah itu pembahasan APBD bisa dilakukan dan jumlah anggaran bagi nelayan bisa dipastikan. Kendati demikian, ia memperkirakan anggaran perikanan dan kelautan itu tak kurang dari Rp 1 miliar.

Sementara itu, di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Kejawanan, sejumlah nelayan banyak berdiam diri di kapalnya masing-masing. Mereka yang bekerja pada kapal-kapal besar dengan panjang lebih dari 12 meter pun tampak asyik mengobrol atau memperbaiki bagian kapal.

Kami belum berani melaut, angginnya masih kencang, kata Miskan (21), salah satu nelayan yang menjadi awak kapal pencari cumi-cumi dan hiu. Adapun nelayan tradisional lainnya yang mengawaki kapal lebih kecil juga tampak tidur-tiduran di dek kapal mereka.

"Sudah tiga bulan tak bisa melaut. Tidak ada pekerjaan lain," ungkap Maksad (36), nelayan dari Eretan, Indramayu, yang bersandar di Cirebon.

Sent Using Telkomsel Mobile Internet Service powered by

View the original article here

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »