Jenazah Lenin Jadi Bahan Perdebatan Politik

Kita harus membersihkan semua simbol Uni Soviet
Moskow (ANTARA News) - Hampir satu abad sejak kematiannya, pemimpin komunis Vladimir Lenin masih terbujur kaku dalam moselum di Lapangan Merah. Tubuhnya yang dibalsem sebenarnya perumpaan dari usaha modernisasi terakhir Rusia.

Ide kontroversial menguburkan jenazah Lenin sudah sejak lama menjadi isu politik utama di Rusia sejak kejatuhan Uni Soviet pada 1991, saat jutaan orang bergembira karena telah berpisah dari sistem yang menyusahkan hidup mereka itu.

Tetapi sejauh ini tak ada seorangan pun yang berani mengambil langkah yang demikian dramatis dalam memutus pertalian dengan pemimpin yang memperkenalkan Rusia pada komunisme dan horor di di kamp maut Gulag.

Tatkala Rusia berusaha menampilkan citra baru nan modern di bawah presiden Dmitry Medvedev yang tak lepas dari iPad-nya, puluhan ribu orang masih datang setiap tahun untuk melihat pendiri faham komunis itu, yang tubuhnya terbaring dalam sarkofagus.

Ketidakcocokan tampaknya menganggu Partai Rusia Bersatu yang tengah berkuasa menjelang pemilu legislatif Desember di mana beberapa pejabat terkemuka partai itu menyerukan dikuburkannya Lenin di samping ibunya di Saint Petersburg.

"Saya tidak melihat satu hal pun berdiri di jalur pemakamannya," kata Vladimir Medinsky, anggota parlemen Rusia kepada AFP, membantah bahwa pemakaman di Saint Petersburg adalah keinginan keluarga Lenin.

Partai Rusia Bersatu bahkan sudah membuat situs khusus, www.goodbyelenin.ru. yang diambil dari judul film komedi tragedi Jerman tahun 2003 mengenai runtuhnya Tembok Berlin.  Dua pertiga responden dalam survei mengenai situs itu mengatakan mereka tak ingin lagi melihat Lenin di moselium.

Meskipun tidak resmi, jajak pendapat itu diperkuat oleh penelitian lainnya dari lembaga Levala Centre yang dihormati. Penelitian itu menunjukkan 56 persen memilih melihat jenazah Lenin dipindahkan dari ruang publik.

Tetapi, meskipun itu bagus untuk politik pra-pemilu, seperti disebut seorang pejabat Kremlin bulan lalu,  setidaknya untuk saat ini, Lenin dibiarkan di tempatnya semula.

"Sejauh yang saya tahu, tidak ada keputusan yang diambil dalam soal itu," kata manajer properti Kremlin Viktor Khrekov.

Para analis mengatakan para pejabat melihat prospek dikuburkannya Lenin itu besar sekali mengingat itu adalah jualan menarik untuk pemilih muda yang tidak memiliki kenangan masa Soviet.

"Itu adalah debat berketerusan demi menyatukan pemilih non-komunis," kata Andrei Ryabov dari Carniege Moscow Centre seperti dikutip AFP.

Lenin atau tanpa Lenin, kubu sayap kiri Rusia sudah kehilangan anggota bertahun-tahun, mereka tidak mampu menarik pemilih lebih muda yang tak mempedulikan baik kandidat Kremlin maupun politik sama sekali.

Partai Komunis Rusia hanya mendapat 11, 57 persen suara pada pemilu legislatif 2007, sementara kandidatnya, Gennady Zyuganov, hanya memenangkan 17,72 persen suara saat mencalonkan diri sebagai presiden tahun berikutnya.

Tetapi kekuatan Rusia yang lebih liberal memperdebatkan isu ini lebih jauh lagi, dengan mendesak dipindahkannya tubuh mati diktator Soviet Joseph Stalin, dari tempat kehormatannya di Tembok Kremlin.

"Kita harus membersihkan semua simbol Uni Soviet," kata mantan pembangkang Soviet, Lyudmila Alexeyeva (82).

Tetapi, ada sedikit keraguan bahwa moseleum itu sudah kehilangan daya tarik.

Mantan presiden Rusia Boris Yeltsin memindahkan penjaga makam kehormatan itu pada 1993, dan tempat suci komunis itu pun tidak lagi menjadi tempat wajib dikunjungi anak-anak sekolah dan taman kanak-kanak.

Negara juga tidak lagi menanggung biaya perawatan jenazah Lenin.

Laboratorium yang bertanggungjawab atas proses itu --sebuah pusat afiliasi era Soviet bernama Institut Riset Semua Riset Rusia untuk Obat-obatan dan Tanaman-- hanya menerima dana dari para simpatisan komunis.

Makam ini terbuka untuk pengunjung empat hari seminggu antara 10.00 pagi dan 13.00, sedangkan tiket masuknya gratis, namun ada kebijakan yang ketat terhadap pengambilan gambar dan video. (ENY)

Editor: Jafar M Sidik
COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com


View the original article here

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »